Senin, 29 Juni 2009

PEMAHAMAN ADALAH PINTU MENUJU KEBAHAGIAAN SEJATI




Anda hidup di sebuah zaman yang gila, lebih gila dari biasanya.
Karena kendatipun ada kemajuan besar-besaran sains dan teknologi,
manusia tidak memiliki bayangan ide tentang siapa dirinya dan apa yang dia perbuat.

(Walker Percy, Penulis Amerika)

Di suatu desa seorang tetua desa selalu membicarakan setan yang membahayakan hidup manusia. Segala masalah selalu dihubungkan dengan pekerjaan setan di dunia ini. Hal itu membuat gusar penduduk, sehingga mereka semakin takut dengan hal-hal gaib.

Suatu ketika ada beberapa penduduk yang mengatasi rasa takutnya dengan mencari perlindungan ke sebuah biara, yang dikenal sebagai tempat suci dan sakral di puncak sebuah bukit. Penduduk itu meminta izin kepala biara dan menceritakan maksud kedatangannya.
Guru, kami takut dengan setan-setan yang membahayakan hidup kami.”

Dengan lembut kepala biara itu berkata, “Percuma, kalian mencari perlindungan di sini. Setan itu akan selalu mendatangimu sekalipun kalian berada di sini.
Para penduduk terlihat kebingungan.
Setan itu adalah ‘setan pikiran’, tidak lain adalah keserakahan dan kebencian. Setan ini adalah menyebab penderitaan, dan ini jauh lebih berbahaya dibanding setan yang lain”, Sang Guru menjelaskan.

Sebagian besar kita masih suka melihat penyebab masalah dari faktor eksternal. Kebahagiaan sepenuhnya internal, karena itu mengembangkan kualitas diri adalah hal yang perlu kita perhatikan. Pemahaman adalah pintu menuju kebahagiaan sejati. Semakin kita menolak pemahaman diri, maka kita tidak akan pernah belajar untuk bahagia.

Jumat, 26 Juni 2009

MEDITASI DALAM LITERATUR KRISTEN




Praktik Meditasi sering dipahami sebagai ajaran agama Timur, terutama agama non samawi seperti Agama Hindu dan Buddha. Meditasi bukanlah monopoli agama tertentu. Jika kita mencermati literatur agama, maka kita akan mengetahui bahwa meditasi ada dalam setiap agama.

Dalam tradisi mistik Kristen, praktik meditasi adalah doa. Menurut Pendeta Victor Tinambunan ada tiga jenis doa, yaitu: talking, listening, dan being. (berbicara, mendengar dan berada).

Berbicara: mengucapkan syukur atas kebaikan Tuhan; mengaku percaya akan kasih dan kebesaran Tuhan, menyampaikan permohonan kepada Tuhan, dan sebagainya. Ini yang paling banyak dilakukan orang Kristen.

Mendengar: mendengar sapaan Tuhan melalui pembacaan firman-Nya (Alkitab), mendengar kehendak Tuhan melalui sesama manusia; melalui peristiwa nyata kehidupan sehari-hari.

Berada: bersama dengan Tuhan. Yesus berkata, “Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu…” (Yoh. 15:4). Meditasi adalah salah satu wahana untuk menghayati dan menerima undangan Yesus ini. Jadi, meditasi adalah bagian dari perjumpaan dengan Tuhan.

Pertanyaannya, diantara tiga doa itu mana yang paling penting?
Menurut Laurence Freeman, itu adalah pertanyaan yang salah. Ini sama dengan menanyakan mana yang paling perlu: otak, jantung atau perut. Salah satu di antaranya tidak terlalu bermanfaat tanpa yang lain. Dalam hal ini, meditasi tidak menggantikan doa-doa yang lain. Satu hal yang mendasar dalam ketiga jenis doa itu adalah soal “hubungan” kita dengan Tuhan.

Dalam meditasi kita tidak mengajukan permohonan atau meminta kepada Tuhan. Kita malah tidak berpikir tentang Tuhan, tetapi terutama kita bersama dengan Tuhan. Kita tidak mencari kehadiran-Nya. Dia ada bersama kita dan di dalam kita. Kita hanya perlu menyadarinya dan menyambut-Nya setiap saat, secara khusus dalam meditasi. Meditasi sangat sederhana, meskipun harus diakui bahwa ‘sederhana’ tidak selalu mudah, khususnya di era modern ini.


Sumber memadai untuk Meditasi Kristen dapat dilihat pada: http://www.wccm.org/

Senin, 22 Juni 2009

BAHAGIA ADALAH FAKTOR KESUKSESAN




Peace.It does not mean to be in a place where
there is no noise, trouble or hard work.
It means to be in the midst of those things and
still be calm in your heart
.”
(Anonim)

Secara tidak sengaja saya menenukan kutipan anonim di atas. Sering juga beberapa orang memahami kebahagiaan dalam praktik meditasi adalah di luar rutinitas sehari-hari, bahkan dipahami sebagai praktik yang jauh dari kesibukan pekerjaan. Sebagai akibatnya pula, meditasi hanya dianggap sebagai sarana relaksasi ditengah ketegangan dalam sehari-hari.
Ada sebuah kenyataan menarik, bahwa kebahagiaan yang dilatih lewat praktik meditasi menjadi faktor kesuksesan seseorang.

Dalam Guardian 19 Desember 2005, Dr. Sonja Lyubomirsky, Ph.D menegaskan bahwa orang yang bahagia memiliki masa depan yang lebih baik. Katanya, “Ada bukti kuat bahwa kebahagiaan membawa orang untuk lebih bersosialisasi dan lebih murah hati, lebih produktif dalam kerja, lebih banyak uang, dan memiliki sistem imun yang lebih kuat”.

Jika pikiran kita selalu dipenuhi kebahagiaan, maka kita akan bekerja dengan lebih baik. Efektivitas dalam pekerjaan dan menjalani hidup tergantung dengan kebahagiaan. Sebaliknya jika kita menderita dan selalu diliputi kebencian terhadap keadaan, maka energi kita banyak terhamburkan dan tidak dapat fokus dengan visi dan misi pribadi.

Yang harus kita sadari bahwa tantangan yang dihadapi organisasi modern adalah membuat organisasi bahagia yang menjadi salah satu strategi yang mendesak dan memberikan keberhasilan jangka panjang. Belajar untuk menjadi bahagia bukan hanya kebutuhan individu, tapi juga untuk tujuan perusahaan.

Rabu, 10 Juni 2009

TIDAK HARUS MENDEDIKASIKAN "KEPANDAIAN"




Mengenai cara untuk mengejar pencarian batinmu,
buanglah semua yang akan menambah keterikatan pada diri dan
racun batin, meskipun kelihatannya baik.

(Milarepa)

Kita berandai-andai saja, entah ini sudah terjadi dalam diri Anda atau belum. Sebut saja Anda begitu pandai, memiliki pendidikan tinggi, pengakuan akan prestasi, apa lagi. Mungkin juga karir yang tinggi menjulang. Setiap orang yang melihat Anda, hanya bisa heran, kagum, dan meminta petunjuk pada seorang maestro seperti Anda.

Apa yang Anda pikirkan dengan visi dan misi?
Hampir setiap orang yang saya tanyakan selalu menyebutkan bahwa dia akan mendedikasikan seluruh kepandaian dan upaya optimalisasi otaknya bagi kebaikan semua orang.

Membantu orang melalui bakat unik kedengarannya adalah sesuatu yang hebat.

Suatu saat kita juga akan mengerti bahwa banyak orang yang di luar sana yang tidak peduli dengan “bakat” Anda. Mereka hanya butuh senyuman, perhatian, rasa empati, tindakan tulus sederhana dari Anda.

Mengapa kita suka mendedikasikan sesuatu yang rumit?
Mengapa tidak diawali dari kesederhanaan saja?
Yaitu kebaikan hati, termasuk dalam aktivitas yang mungkin dirasa kecil dan tidak unik.

Senin, 01 Juni 2009

MENATAP KEINDAHAN DIRI




Konon ada seorang pemuda yang bernama Narcissus. Dia sangat mengagumi wajahnya sendiri. Setiap hari dia di pinggir danau untuk mengagumi wajahnya sendiri. Suatu ketika, dia tidak bisa mengatasi keterpikatannya dengan bayangan wajahnya sendiri dengan menceburkan diri di danau itu. Itulah akhir dari kisah Narcissus, yang menjadi asal mula istilah “narsisme” yang kita kenal sekarang ini.

Paulo Coelho mengawali novelnya berjudul Sang Alkemis dengan kisah Narcissus yang sedikit berbeda.

Dikisahkan setelah Narcisus meninggal karena tenggelam dalam danau. Dewa hutan muncul dan bertanya pada Sang danau.

Kenapa kamu menangis?
Aku sedang meratapi Narcissus,” sahut Sang Danau.

Ah, tidak mengherankan jika kamu meratapi Narcissus,” Dewa mengatakan, “Aku selalu membujuknya untuk pergi ke hutan, kamu sendiri [yang sering] melihat keindahannya dari dekat.”

Tapi... bukankah Narcissus begitu indah?

Tahukah kau yang sebenarnya?” Dewa berkata. “Dia berada di tepi danau untuk menatapi bayangannya sendiri.”

Sang Danau berdiam agak lama, lalu berkata.
Aku meratapi Narcissus, tetapi Aku tidak pernah tahu keindahannya. Aku meratapinya karena, setiap kali dia berada ditepianku, Aku dapat melihat, dalam kedalaman matanya, refleksi keindahanku sendiri.”

Kisah Narcissus mengingatkan bahwa kita terlalu banyak melakukan sesuatu yang seakan-akan demi orang lain, tetapi itu hanyalah untuk memuaskan diri sendiri.

SURGA SEORANG MISTIKUS




Lautan bisa ditimbun, mulut manusia selamanya tak akan bisa diisi penuh.
(Master Cheng Yen)

Kadang saya membayangkan betapa repot Tuhan memenuhi kebutuhan manusia.
Setiap isak ratap tangis, kebutuhan akan harapan, pengampunan, selalu membanjiri pekerjaan Tuhan dan selalu ditunggu jawabannya.

Jika ada 1000 orang, maka ada 1000 surga yang harus diciptakan Tuhan.
Andaikata hanya 1000, manusia sering tidak puas dan akan meminta 1000 yang lain, dan seterusnya.

Setiap selera, minat, selalu menjadi persyaratan-persyaratan akan arti kebahagiaan.
Mengapa tidak dibuat sederhana saja?
Biarkan Tuhan beristirahat.

Bukankah kebahagiaan ada dalam diri kita sendiri?

Surgaku ada dalam hatiku”, seorang Mistikus pernah berkata.