Sabtu, 16 Januari 2010

RIWAYAT SPIRITUALITAS: Ketika Semuanya Bersatu

"Orang yang spiritualitasnya berkembang melalui
nilai-nilai positif dari disiplin,
penguasaan dan cinta, adalah orang yang memiliki
kompetensi luar biasa, dan mereka terpanggil dan
menjawab panggilan untuk melayani dunia dengan cinta mereka
."
(M. Scott Peck, M.D, dalam The Road Less Traveled)

...sesuatu apapun yang mementingkan keistimewaan tradisi religius dapat
bertemu dalam pengalaman mistis: kebenaran atau ketuhanan yang
berada di luar jangkauan interpretasi disediakan oleh tradisi tersebut
”.
(Tyler T. Roberts)





Istilah “spiritual” berasal dari kata dasarnya “spirit”, yang berarti roh. Ada juga istilah lain yaitu: “spiritus” dalam Bahasa Latin berarti bahan bakar.

Pada abad ke-20, muncul gerakan New Age yang berkembang besar dengan kombinasi dari perbedaan spiritual, sosial, politik dalam bentuk harapan baru untuk mentransformasikan individu dan sosial dalam kesadaran spiritual. Tujuan dari gerakan ini adalah menciptakan harmoni dan kemajuan dalam kehidupan manusia yang terasa terlalu materialistik, dan meniadakan ruang bagi ketenangan jiwa.

Pemaknaan akan spiritualitas telah berkembang dalam pengertian yang tidak semata-mata tentang roh, fenomena supranatural, dan lain-lain. Dr. Bruce Goldberg, seorang terapis, pernah menyebutkan bahwa spiritualitas menghubungkan pengetahuan inti dengan sumber kekuatan yang tercermin dalam eksistensi, pengetahuan, dan perbuatan seseorang. Spiritualitas menjelaskan suatu semangat baru, yang tidak nampak tapi memberi tindakan manusia.

Spiritualitas juga lebih dikaitkan dengan mistisisme, yang sering disebut sebagai harta karun yang mulai terungkap pada abad ke-21. Pemahaman mistis ini bukanlah sesuatu yang berhubungan dengan hal-hal yang bersifat gaib. Pemahaman mistis adalah pengetahuan intuitif, pengetahuan langsung, pengetahuan akan Tuhan, ataupun istilah lainnya yang tergantung dari setiap tradisi spiritual. Kehidupan mistis dicirikan dengan vitalitas, produktivitas, ketentraman dari dalam, yang dapat keluar dalam bentuk harmoni dengan alam dan Tuhan.

Ada juga yang menyebutkan bahwa mistisisme merupakan gerakan spiritual yang muncul atas respon akan gagalnya tugas agama terorgnisir (organized religion). Agama yang seharusnya berfungsi untuk mengenalkan spiritualitas universal, justru menjadi pagar pembatas yang membuat butanya empati dan lebih sering memberikan konflik terutama terhadap mereka yang berbeda keyakinan.

Memahami spiritualitas tidak harus selalu dikontraskan dengan agama sebagaimana pada uraian di atas. Kadang hal ini semakin diperuncing dengan memperlebar kesenjangan antara agama dan sains. Dalam Indonesian Conferenceon Religion and Peace (ICRP) dan kerjasama dengan beberapa organisasi keagamaan lainnya, pada tanggal 30 Juli 2009, Musdah Mulia pernah mengatakan bahwa jika kembali pada prinsip dasar agama, agama dan sains bertujuan untuk memberikan kebahagiaan pada manusia. Ketika agama dijadikan pedoman hidup yang tidak menghakimi orang lain, apalagi sebagai sumber konflik, agama dapat memberi pencerahan pada manusia.

Beberapa fenomena yang lain, terutama kurang lebih dasawarsana terakhir ini, spiritualitas adalah pemahaman yang paling dicari dan memberi manfaat bagi banyak kalangan, yang diharapkan memberi solusi atas krisis manusia modern yang kian materialistik dan minimnya kepedulian terhadap sesama. Gerakan lintas agama yang cukup bergema juga didasari pemahaman spiritualitas universal seperti ini.




Ketika semuanya bersatu, baik agama, aliran filsafat, tradisi spiritual, saya rasa dunia ini akan lebih baik.
Toleransi, kerjasama, penghargaan terhadap perbedaan, semuanya bahu membahu memerangi ketidakbahagiaan dalam hidup.