Jumat, 26 Juni 2009

MEDITASI DALAM LITERATUR KRISTEN




Praktik Meditasi sering dipahami sebagai ajaran agama Timur, terutama agama non samawi seperti Agama Hindu dan Buddha. Meditasi bukanlah monopoli agama tertentu. Jika kita mencermati literatur agama, maka kita akan mengetahui bahwa meditasi ada dalam setiap agama.

Dalam tradisi mistik Kristen, praktik meditasi adalah doa. Menurut Pendeta Victor Tinambunan ada tiga jenis doa, yaitu: talking, listening, dan being. (berbicara, mendengar dan berada).

Berbicara: mengucapkan syukur atas kebaikan Tuhan; mengaku percaya akan kasih dan kebesaran Tuhan, menyampaikan permohonan kepada Tuhan, dan sebagainya. Ini yang paling banyak dilakukan orang Kristen.

Mendengar: mendengar sapaan Tuhan melalui pembacaan firman-Nya (Alkitab), mendengar kehendak Tuhan melalui sesama manusia; melalui peristiwa nyata kehidupan sehari-hari.

Berada: bersama dengan Tuhan. Yesus berkata, “Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu…” (Yoh. 15:4). Meditasi adalah salah satu wahana untuk menghayati dan menerima undangan Yesus ini. Jadi, meditasi adalah bagian dari perjumpaan dengan Tuhan.

Pertanyaannya, diantara tiga doa itu mana yang paling penting?
Menurut Laurence Freeman, itu adalah pertanyaan yang salah. Ini sama dengan menanyakan mana yang paling perlu: otak, jantung atau perut. Salah satu di antaranya tidak terlalu bermanfaat tanpa yang lain. Dalam hal ini, meditasi tidak menggantikan doa-doa yang lain. Satu hal yang mendasar dalam ketiga jenis doa itu adalah soal “hubungan” kita dengan Tuhan.

Dalam meditasi kita tidak mengajukan permohonan atau meminta kepada Tuhan. Kita malah tidak berpikir tentang Tuhan, tetapi terutama kita bersama dengan Tuhan. Kita tidak mencari kehadiran-Nya. Dia ada bersama kita dan di dalam kita. Kita hanya perlu menyadarinya dan menyambut-Nya setiap saat, secara khusus dalam meditasi. Meditasi sangat sederhana, meskipun harus diakui bahwa ‘sederhana’ tidak selalu mudah, khususnya di era modern ini.


Sumber memadai untuk Meditasi Kristen dapat dilihat pada: http://www.wccm.org/

Tidak ada komentar: